Skip to main content

Power and Politics || organizational performance management

Organizational Performance Management
Organizational Performance Management—adalahIstilah yang mengacu pada pendekatan terintegrasi dan sistematis untuk meningkatkan kinerja organisasi untuk mencapai tujuan strategis dan mempromosikan misi dan nilai-nilai organisasi. Dalam hal ini Organizational Performance Managementsangat berbeda dari Manajemen Kinerja individu yang secara khusus menargetkan kinerja pribadi seorang karyawan meskipun yang terakhir terdiri dari bagian penting dari keseluruhan kerangka kerja kinerja organisasi

TujuanOrganizational Performance Managementuntuk meningkatkan hasil dari upaya orang-orang dengan menghubungkannya dengan tujuan dan sasaran organisasi. Idealnya, ini merupakan sarana melalui cara mana kinerja karyawan dapat ditingkatkan dengan memastikan pemberian penghargaan yang sesuai untuk upaya mereka, dan dengan meningkatkan komunikasi, pembelajaran, dan pengaturan kerja.

PengukuranOrganizational Performance ManagementPendekatan pengukuran kinerja yang baik harus mempertimbangkan pengukuran dan penilaian ketiga E, yaitu: 
-      Ekonomi: Pengadaan dan pengiriman input Sumber daya manusia, fisik dan keuangan
-      Efisiensi:Transformasi optimal (kegiatan) dari input menjadi output
-      Efektivitas: Sejauh mana suatu program atau proyek mencapai tujuan langsungnya atau menghasilkan hasil yang diinginkan

Power And Politics In Organisations
Power And Politics In Organisations—bahwa power dan politik bersifat relasional dan membentuk poros di sekitar dimana kegiatan kelompok dan individu berputar, dalam banyak kasus dalam organisasi, power dan politik dipakai untuk memastikan bahwa tugas dilaksanakan, bahwa prosedur dipatuhi dan bahwa aturan ditaati. Adanya power dan politik yang dapat seorang karyawan mengerjakan tugasnya. Adanya hal tersebut yang membuat sebuah struktur kepatuhan yang menggerakan mereka. Setiap karyawan tahu bahwa nasibnya ada di tangan atasannya, dan bahwa atasan memiliki kekuatan untuk memastikan bahwa jasanya diberikan pada saat itu, dalam jumlah dan kualitas, dan di tempat yang dipilih untuknya. Kekuatan-kekuatan yang dimiliki atasan digunakan untuk memuaskan kebutuhan mereka atau mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dalam konteks organisasi menggunakan kekuatan untuk mengendalikan anggota mereka dan memelihara atau menjaga diri mereka sendiri. Politik muncul karena orang selalu menggunakan dan berusaha mendapatkan kekuasaan.
Kekuasaan dan politik adalah proses terintegrasi yang harus dikelola secara efektif untuk mencapai kohesi. Struktur otoritas kelompok atau organisasi harus dibentuk sedemikian rupa sehingga mereka dapat menahan tekanan yang ditimbulkannya oleh perilaku kekuatan formal dan informal anggota mereka. Seperti: 
-       Sentralisasi—yaitu pemusatan kekuasaan 

-       Desentralisasi—yaitu pelimpahan kekuasaan pada bagian-bagian terkecil untuk mencapai keseimbangan. 

Comments

Popular posts from this blog

Analisis Film : Door to Door

Sinopsis film: Sejak lahir, Bill Porter mengalami suatu gangguan yang dinamakan  cerebral palsy , dimana gerakan, keseimbangan, dan postur tubuhnya mengalami gangguan. Pada awal kisah diceritakan bagaimana Bill Porter melamar kerja di suatu perusahaan bernama Watkins sebagai salesman, awalnya ia di tolak karena ia dipandang sebagai orang cacat yang tak mampu bekerja secara produktif. Namun, kemudian Bill diberi kesempatan untuk bekerja di perusahaan tersebut. Bill diantar ibunya (Mrs. Porter) ke tempat dimana ia akan mengunjungi pintu-ke-pintu untuk menawarkan produk-produk Watkins. Hari pertama kerja berlangsung rumit, namun ia berhasil mendapatkan seorang pelanggan. Pada hari keempat, ia hampir dipecat oleh bosnya (Mr. Chuck) dengan alasan belum mencapai target, namun Bill meminta kesempatan dan mencoba memperbaiki kesalahannya. Setelah selesai bekerja ia tidak melihat ibunya di tempat biasa untuk menjemput Bill. Ternyata Mrs Porter mengalami penyakit alzeimer, sehingga ia h

Hubungan antara Work Engagement dengan Performance

Hubungan antara Employee  Engagement dengan Work Performance Sebelum membahas tentang hubungan antara work engagement  dengan  work performance,  kita harus mengetahui apa definisi dari masing-masing variabel tersebut. Work engagement,  merupakan keadaan psikologis di mana karyawan merasa berkepentingan dalam keberhasilan perusahan dan termotivasi untuk meningkatkan kinerja ke tingkat yang melebihi  job requirement  yang diminta (Mercer, dikutip oleh Carpenter & Wyman, 2007:1) lebih lanjut  employee engagement  dianggap sebagai suatu yang dapat memberikan perubahan pada individu, tim, serta perusahaan.  Work Performance,  merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2007:67). Penilaian kerja yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk mengetahui   tingkat kine